"Masya Allah, 3 hari ini aku memimpikanmu. Kamu baik-baik sajakan?"
itu gumamku dalam hati, sesaat setelah aku terbangun pagi ini. Aku tak meyangka akan memimpikanmu selama 3 hari berturut-turut.
Sejak hari berakhirnya tugas kita sebagai tim, berakhir pula komunikasi kita. Tepatnya di hari itu, di hari dimana isi pesan singkatmu yang bernada kasar #itu menurutku, semoga bukan. Mungkin ini dari ucapanku yang berupa doa, bahwa kita lebih baik mengakhiri kisah kita. Tapi sesungguhnya, dalam hati aku igin terus berkomunikasi dengan mu sebagai teman. Tapi sepertinya memang kita harus menjauh. Aku tak ingin menganggu hubunganmu dengan kekasihmu. ini memang langkah yang tepat.
Tapi, dengan mimpi itu. Siapa yang saling merindu? kamu atau aku? Aaahh, mungkin aku. Aku tahu kamu tak mungkin merindukanku, walau hanya sebagai teman ngobrol sekalipun. Aku tahu diri. Beberapa kali aku ingin menghubungimu, tapi aku takut, aku sungkan, kamu masih marah denganku.
Saat kita bertemu kembali, seperti saat kemaren. Kamu terlihat menunjukkan sikap dinginmu padaku, tidak dengan yang lain. "Aaahh, lagi-lagi mungkin ini cuma perasaanku saja." gumamku dalam hati. Sejujurnya, aku ingin berbincang denganmu, sekedar bertegur sapa saja. Namun, bibirku begitu berat mengucapkannya.
Saat kita bertemu kembali, seperti saat kemaren. Kamu terlihat menunjukkan sikap dinginmu padaku, tidak dengan yang lain. "Aaahh, lagi-lagi mungkin ini cuma perasaanku saja." gumamku dalam hati. Sejujurnya, aku ingin berbincang denganmu, sekedar bertegur sapa saja. Namun, bibirku begitu berat mengucapkannya.
Semoga kamu baik-baik saja di sana, menjalani aktivitasmu seperti biasa. Sekarang aku hanya mampu memohon pada Allah, untuk selalu menjagamu. Karena kita (mungkin) tak akan berjumpa lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar